Jumat, 14 Oktober 2016

Tawa dan Tangis

Tawa dan Tangis
Aku pernah tertawa, dan aku juga pernah menangis. Bagiku tertawa dan menangis adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisahkan. Setiap ada tawa pasti akan ada tangis. Hari ini, hari ini aku menangis. Menangis karena untuk kesekian kalinya aku gagal. Gagal meloloskan Novel karyaku sendiri di Penerbit mayor.
Aku tak tahu akan pertanda apa ini. Beberapakali di tolak dari dua karya yang kukirimkan. Aku memang tak pandai dalam merangkai kata pada kalimat-kalimat dalam novelku. Aku bukan ahli Sastra yang pandai membuat cerita menjadi drama. Meskipun begitu aku juga punya cita-cita. Aku ingin menerbitkan karya yang diakui kualitasnya.
Aku tak tahu apa aku harus terus maju atau bergerak mundur. Aku tak punya banyak teman untuk diajak berbagi. Bukan berati aku tak memiliki teman. Banyak sekali teman dan juga sahat. Namun dari mereka tidak ada yang memiliki visi dan misi yang sama sehingga nyambung untuk diajak saring.
Aku sedih, aku tak tahu harus kemana mengadu. Aku jauh dari orangtua. Aku merantau jauh ke Jogja untuk menuntut ilmu. Mengajar semua impianku. Namun saat ini aku bingung. Bagaimana aku meminta pendapat kepada oranglain terhadap karyaku? Sahabatku? Mereka baru membaca dua lembar saja sudah tertidur.
Saat ini aku hanya berharap keajaiban datang. Aku berharap Tuhan menjawab semua doa-doaku. Kerjakerasku dan juga tekadku. Aku yakin Tuhan maha adil. Hanya satu inginku, memberikan Karya yang bisa dikenang dan bermanfaat bagi orang banyak meski aku sudah tak berada di dalam Galaxi ini. Aku ingin memberikan kebanggaan bagi kedua orangtuaku khususnya Ibu. Ibu yang sangat aku sayangi. Ibu, Ibu, Ibu dan Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar